This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 04 Desember 2012

Sejarah Terburuk Sepak Bola Indonesia


AFP/Bay IsmoyoRabu, 29 Februari 2012 harus dicatat sebagai hari paling bersejarah bagi tim nasional sepak bola Indonesia. Pada partai terakhir babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia di Bahrain, Tim Merah Putih mencatat kekalahan paling telak sepanjang sejarah, yaitu 0-10.
Kekalahan terburuk yang pernah dialami Indonesia adalah saat melakukan pertandingan persahabatan dengan Denmark di Copenhagen pada 1974. Waktu itu, Tim Merah Putih kalah 0-9 melawan tim tuan rumah.
Ada beberapa alasan yang diduga menjadi penyebab sejarah buruk tercatat dalam perjalanan tim PSSI saat melawan Bahrain itu. Pertama, alasan konflik. Wim Rijsbergen, mantan pelatih yang ketika itu menjabat sebagai direktur teknik, secara implisit mengungkap konflik di PSSI jadi penyebabnya.
Nama sejumlah pemain andalan Indonesia yang dianggap berlaga di “liga ilegal”, dicoret dalam skuat nasional. Misalnya Bambang Pamungkas, Ahmad Bustomi dan sampai Christian "El Loco" Gonzales. Mereka bertanding di Indonesia Super League. Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng pun menyadari hal ini. Kata dia, timnas tidak diperkuat oleh tim terbaik akibat adanya dualisme kompetisi.
Dugaan kedua adanya “main mata” untuk meloloskan Bahrain ke putaran berikutnya.
Karena itu, Wim juga mendukung langkah FIFA untuk melakukan investigasi menyangkut skor mencolok yang bisa meloloskan Bahrain ke babak berikutnya.

Asosiasi Pemain Dunia Akan Laporkan Kematian Mendieta ke FIFA

Hoofddorp, Belanda - Kabar meninggalnya Diego Mendieta telah sampai ke markas asosiasi pemain profesional internasional atau The Federation Internationale des Associations de Footballeurs Professionnels(FIFPro). Mereka terkejut dan akan melaporkan kasus ini ke FIFA.

FIFPro Kecam Tragedi Diego Mendieta

FIFPro Kecam Tragedi Diego MendietaAsosiasi pemain profesional (FIFPro) mengecam tragedi terkait meninggalnya Diego Mendieta, dan akan berusaha membantu memulangkan jenazah striker klub Dvisi Utama Indonesia Super League (ISL) Persis Solo itu ke Paraguay.

RIP Diego mendieta


Ilustrasi (Thinkstock)Laporan Wartawan Tribun Jogja, Puthut Ami Luhur
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Kabar kematian mantan penyerang Persis Solo, Diego Mendieta, memicu keprihatinan banyak pelaku sepak bola.
Beberapa pemain di antaranya mantan kapten PSIM, Nova Zaenal dan pemain PSS Sleman, Anang Hadi, memasang foto bergambar Diego Mendieta yang sedang tersenyum.
Gambar Diego dilengkapi tulisan keinginan terakhir pemain asal Paraguay yang menghembuskan nafas terakhir, di RSD Moewardi Solo, Senin (3/12/2012).
Mereka memasang foto Diego sebagai gambar identitas akun BlackBerry Messenger. Beberapa di antaranya melengkapi dengan kata-kata atau mengirim broadcast messege, berisi keinginan terakhir Mendieta.
Berikutkeinginan terakhir Diego yang ditulis dengan tinta merah dan dipajang sebagai gambar identitas akun BlackBerry Messenger beberapa pemain serta pelaku sepak bola:
"Gak minta gaji Full
Aku
Cuma minta tiket pesawat
Biar bisa pulang
Ketemu MAMAH
Dan
Mati di negara saya
RIP#Diego Mendieta

Minggu, 02 Desember 2012

Masalah Pendidikan Di Indonesia


Peran Pendidikan dalam Pembangunan


Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulangannya.

Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan?. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini. 

Pemerintah dan Solusi Permasalahan Pendidikan


Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU Pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten. 

Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global. 

Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim.

Sekolah-sekolah gratis di Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit. Akan tetapi, pada kenyataannya, sekolah-sekolah gratis adalah sekolah yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan sehingga timbul pertanyaan ,”Benarkah sekolah tersebut gratis? Kalaupun iya, ya wajar karena sangat memprihatinkan.”

Penyelenggaraan Pendidikan yang Berkualitas


”Pendidikan bermutu itu mahal”. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.

Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang kadang berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. 

Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi dan Swastanisasi Sektor Pendidikan


Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).

Dalam APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.

Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.

Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.

Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Perancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.***

Piala AFF: Malaysia Kubur Mimpi Indonesia


ANTARA/Prasetyo UtomoBOLA.NET - Impian Indonesia untuk lolos ke semifinal harus pupus. Dua gol dari Azammuddin dan Mahalli Jasuli di laga pamungkas Piala AFF grup B mengubur harapan skuad Garuda.
Beberapa perubahan dilakukan oleh pelatih Indonesia Nil Maizar. Absennya Wahyu Wijiastanto membuat komposisi lini belakang berubah. alih-alih memilih Handi Ramdhan yang baru sembuh dari cedera paha, Nil lebih memilih menempatkan Nopendi yang posisi aslinya adalah bek sayap.
Indonesia langsung mengambil inisiatif serangan begitu peluit dibunyikan. Dalam tempo enam menit babak pertama berjalan, skuad Garuda telah menciptakan dua peluang emas melalui Samsul Arif dan tendangan Vendry Mofu.
Sebuah kesalahan dari lini belakang Malaysia hampir saja membuat Merah Putih unggul. Sayang tendangan salto dari Samsul Arif gagal. Begitu pula tendangan Irfan Bachdim pada menit ke-17 masih mampu ditepis oleh kiper Malaysia, Farizal Marlias.
Lemahnya koordinasi lini belakang kembali menjadi celah yang mampu dimanfaatkan Malaysia dengan baik. Hanya dalam tempo tiga menit, gawang Indonesia harus rela kebobolan dua gol. Gol pertama dicetak oleh Azammuddin pada menit ke-27. Tiga menit berselang giliran Mahalli Jasuli yang mampu menggandakan skor untuk Harimau Malaya.
Indonesia terus berupaya untuk memperkecil kedudukan di sisa waktu babak pertama. Solidnya pertahanan Malaysia membuat barisan penyerang Indonesia kesulitan. Hingga babak pertama usai skor 2-0 untuk keunggulan tuan rumah tetap bertahan.
Di awal babak kedua, Indonesia mencoba bangkit untuk mengejar ketertinggalan. Sayang lemahnya penyelesaian akhir membuat peluang Indonesia terbuang sia-sia.
Sementara Malaysia yang telah unggul dua gol bermain lebih sabar dan rapi. Meski terus digempur, skuad arahan Datuk K Rajagobal ini masih mampu mengantisipasi serangan Garuda dengan baik.
Untuk mempertajam serangan, Indonesia mengubah komposisi lini depan. Samsul Arif yang kurang efektif di lini depan digantikan oleh Jhonny van Beukering.
Indonesia terus mencoba untuk menggempur pertahanan Malaysia. Kurang tenangnya para pemain Indonesia ketika mendapat peluang membuat kesempatan untuk memperkecil kedudukan hilang. Skor tetap 2-0 untuk keunggulan Malaysia.
Memasuki menit ke-80, Indonesia kembali memperoleh peluang. Sebuah tendangan bebas dari Taufiq hampir saja memperkecil kedudukan. Sayang sundulan Raphael Maitimo masih mampu diantisipasi dengan baik oleh pertahanan Malaysia.
Indonesia tak mau menyerah, sebuah tendangan keras dari Andik Vermansyah dari luar kotak penalti masih melambung di atas mistar gawang Farizal Marlias. Hingga pertandingan usai skor 2-0 untuk keunggulan Harimau Malaya tidak berubah.
Dengan hasil ini maka Indonesia harus melupakan mimpi untuk lolos ke babak semifinal. Sementara bagi Malaysia, hasil ini membuat Harimau Malaya lolos ke semifinal ditemani Singapura yang di laga lainnya mampu mengalahkan Laos.
Susunan pemain kedua tim
Malaysia: Farizal Marlias; Mahalli Jasuli, Zubir Azmi, Aidil Zafuan, Safiq Rahman, Azammuddin Akil, Shakir Shaari,W Zack Haikal, Fadhli Shas, Norshahrul, Safee Sali.
Indonesia: Wahyu Tri Nugroho; Raphael Maitimo, Nopendi, Novan Setya, Fachruddin, Elie Aiboy, Taufiq,Vendry Mofu, Oktovianus Maniani, Irfan Bachdim, Samsul Arif. (bola/dzi

CATATAN: Indonesia Gagal, Siapa Yang Pantas Menjadi Kambing Hitam?

CATATAN: Indonesia Gagal, Siapa Yang Pantas Menjadi Kambing Hitam?AFF Suzuki Cup 2012 telah menuntaskan penyisihan grup pada akhir pekan kemarin, dan Indonesia kembali gagal menorehkan prestasi maksimal di turnamen sepakbola dua tahunan Se-Asia Tenggara ini.

Ini merupakan kali kedua Indonesia tidak mampu lolos ke empat besar, setelah terakhir kali terjadi pada 2007. Saat itu, Indonesia menempati peringkat ketiga di bawah Singapura dan Vietnam.

Pada gelaran tahun ini, tim Merah Putih kandas di fase grup setelah hanya mencatat satu kemenangan, sekali imbang, dan satu kali kalah. Bukan itu saja, untuk kali pertama dalam sejarah Piala AFF, selisih gol Indonesia minus, yakni memasukkan tiga, dan kebobolan empat kali.

Ironisnya, dua kali Indonesia digagalkan Indonesia di laga menentukan secara berturut-turut. Pada 2010, Malaysia mengubur ambisi Indonesia menjadi juara untuk pertama kalinya, dan di tahun ini, tim Harimau Malaya memaksa Garuda tak bisa mengepakkan sayapnya.

Kegagalan ini merupakan muara dari kekisruhan persepakbolaan nasional dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Walau menganggap Indonesia sebagai tim tangguh, pelatih Malaysia Datuk K Rajagopal dan Radojko Avramovic (Singapura) ikut menyinggung permasalahan sepakbola di Indonesia dalam sesi jumpa wartawan menjelang laga.

Kondisi persepakbolaan nasional ini memberikan dampak langsung terhadap psikologi pemain. Mereka merasa terbebani dengan adanya berbagai tudingan yang menyebutkan tim besutan Nil Maizar itu tidak akan bersinar di Piala AFF. Nil pun beberapa kali mengeluarkan pernyataan 'pembuktian bagi pemain' yang secara tak langsung menggambarkan kondisi itu.



Timnas senior mengawali AFF Suzuki Cup 2012 dengan tidak mulus. Pemain sempat goyah ketika Laos berhasil unggul lebih dulu untuk kedua kalinya. Kesalahan pemain belakang Laos akhirnya membuat Indonesia bisa memaksa pertandingan diselesaikan dengan skor 2-2.

Performa Indonesia mengalami peningkatan ketika menghadapi Singapura. Elie Aiboy dan kawan-kawan sukses memaksa Singapura menelan kekalahan 1-0, kendati di laga pertama tim Singa mempecundangi tuan rumah Malaysia tiga gol tanpa balas. Luapan kegembiraan pun diperlihatkan layaknya Indonesia sudah mendapatkan satu tempat di semi-final.

Namun di laga pamungkas, Indonesia yang hanya membutuhkan hasil imbang, justru dipermak Malaysia 2-0. Setelah Azammuddin bin Mohd Akil mencetak gol pertama, ketegangan kembali muncul di diri pemain. Akibatnya, selang tiga menit kemudian, Mahali Jasuli menggandakan keunggulan tuan rumah.

Tim Garuda mampu bangkit di babak kedua, dan memberikan tekanan. Tapi lawan yang dihadapi adalah Malaysia, bukan Laos. Malaysia sudah lebih dulu mengantisipasinya, dan pemain belakang mereka lebih disiplin dalam menghadapi gempuran Indonesia.

Nasi sudah menjadi bubur, penyisihan grup Piala AFF pun tak bisa diulang lagi. Sekarang saatnya bagi para stakeholder sepakbola nasional, mulai dari grassroots hingga mereka yang merasa dirinya masing-masing sebagai penguasa sah induk organisasi untuk bercermin, dan memikirkan kemajuan sepakbola nasional di masa mendatang.

Ikuti perkembangan terkini AFF Suzuki Cup 2012 di GOAL.com Indonesia. Dapatkan semua berita Piala AFF serta informasi terbaru timnas termasuk jadwal, hasil, dan klasemen, dan ikuti perkembangan timnas Indonesia secara LIVE.

Indonesia Tetap Kualifikasi piala asia

Antara/Prasetyo UtomoLaporan Wartawan Tribun Jakarta, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Manajemen Timnas Indonesia dalam waktu dekat akan melakukan evaluasi terhadap pencapaian Timnas Indonesia di Piala AFF 2012.
Pada kejuaraan dua tahunan antar sepakbola di kawasan Asia Tenggara, Timnas Indonesia gagal lolos ke babak semifinal. Dari tiga kali bertanding di babak penyisihan Grup B Piala AFF 2012, timnas asuhan pelatih Nilmaizar hanya mendapatkan poin 4. Menahan imbang Laos, 2-2, menang atas Singapura, 1-0, dan kalah dari tuan rumah Malaysia, 0-2.
"Kami akan melakukan evaluasi timnas pada minggu depan. Hal ini dilakukan karena kami akan segera berkonsentrasi menghadapi babak kualifikasi Piala Asia yang digelar pada awal 2013,"tutur Koordinator Timnas Indonesia, Bob Hippy saat dihubungi, Minggu (2/12/2012).
Menurut mantan pesepakbola Timnas Indonesia itu, kegagalan timnas terjadi karena persiapan dan kondisi pemain yang memang kurang bagus.
"Saya mengaku pemain kita memang kurang bagus. Saat mengikuti pemusatan latihan selama satu bulan, mereka sedang istirahat dari kompetisi. Padahal kompetisi menjadi modal yang bagus untuk mematangkan
persiapan pemain sebelum mengikuti AFF,"katanya.
Koran Futuristik dan Elegan

Indonesia VS Singapura


Suporter Indonesia
Hasil pertandingan AFF 2012 antara Indonesia Vs Singapura (Rabu 28/11/2012), berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Indonesia. Sempat bermain imbang di babak pertama, Indonesia berhasil unggul 1 gol lewat Andik Vermansyah.
Timnas Indonesia mengawali laga kali ini tanpa Handi Ramdan dan Tonnie Cusell, yang sempat menjadi skuad inti di 3 pertandingan terakhir Indonesia.

Indonesia Vs Singapura - Foto Antara News

Sabtu, 01 Desember 2012

Komodo Island officially confirmed as one of the New7Wonders of Nature


Komodo Island, home of the Komodo dragon, the largest lizard on earth, has been confirmed officially as one of the New7Wonders of Nature.
Komodo Island, home of the Komodo dragon, the largest lizard on earth, has been confirmed officially as one of the New7Wonders of Nature.
Zurich/Switzerland: Komodo Island has been confirmed officially as one of theNew7Wonders of Nature. Making the announcement, Bernard Weber, Founder-President of New7Wonders, congratulated the people of Indonesia and the fans of Komodo Island in the world for so enthusiastically backing this Finalist in the global voting campaign.
“The success of Komodo Island, the home of the Komodo dragon, is an inspiring example of what can be done to safeguard terrestrial and marine life forms that are extremely vulnerable to changes in climate and the impact of human development,” said Bernard Weber. “By voting for it in such large numbers, the supporters of Komodo Island everywhere have expressed pride in their natural heritage, which is part of the great mosaic that is the world.”
“We are happy and proud of this announcement that Komodo is now confirmed,” said Komodo Island campaign leader Emmy Hafild. “We are now preparing and planning for the Official Inauguration events in Jakarta and on Komodo Island, whose dates will be announced in the coming weeks.”
New7Wonders will work with the Indonesian authorities and Komodo supporters to evolve a sustainable development strategy that balances the needs of the Komodo habitat and its people with the vital task of defending the park’s ecological integrity. The concept of sustainable tourism will be one of the main agenda themes at the first-ever New7Wonders of Nature Congress in Igauzu, Argentina, on 27 May.

Komodo is seven wonders


Indonesia
Indonesia’s Komodo National Park includes the three larger islands Komodo, Rinca and Padar, as well as numerous smaller ones, for a total area of 1,817 square kilometers (603 square kilometers of it land). The national park was founded in 1980 to protect the Komodo dragon. Later, it was also dedicated to protecting other species, including marine animals. The islands of the national park are of volcanic origin.

Etymology


The name Indonesia derives from the Latin and Greek Indus, and the Greek nèsos, meaning "island".[8] The name dates to the 18th century, far predating the formation of independent Indonesia.[9] In 1850, George Windsor Earl, an English ethnologist, proposed the terms Indunesians — and, his preference, Malayunesians — for the inhabitants of the "Indian Archipelago or Malayan Archipelago".[10] In the same publication, a student of Earl's, James Richardson Logan, used Indonesia as a synonym for Indian Archipelago.[11][12] However, Dutch academics writing in East Indies publications were reluctant to use Indonesia. Instead, they used the terms Malay Archipelago (Maleische Archipel); the Netherlands East Indies (Nederlandsch Oost Indië), popularly Indiëthe East (de Oost); and Insulinde.[13]
After 1900, the name Indonesia became more common in academic circles outside the Netherlands, and Indonesian nationalist groups adopted it for political expression.[13] Adolf Bastian, of the University of Berlin, popularized the name through his book Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. The first Indonesian scholar to use the name was Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), when he established a press bureau in the Netherlands with the name Indonesisch Pers-bureau in 1913.[9]

Government and politics


Indonesia is a republic with a presidential system. As a unitary state, power is concentrated in the central government. Following the resignation of President Suharto in 1998, Indonesian political and governmental structures have undergone major reforms. Four amendments to the 1945 Constitution of Indonesia[60] have revamped the executive, judicial, and legislativebranches.[61] The president of Indonesia is the head of state, commander-in-chief of theIndonesian National Armed Forces, and the director of domestic governance, policy-making, and foreign affairs. The president appoints a council of ministers, who are not required to be elected members of the legislature. The 2004 presidential election was the first in which the people directly elected the president and vice president.[62] The president may serve a maximum of two consecutive five-year terms.[63]

Foreign relations and military


OBAMA AND SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

President of Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono with Barack Obama, the President of United States, in ceremony at the Istana Merdeka in Jakarta, 9 November 2010. Obama has become popular in Indonesia due to the years he spent in Jakarta as a child.[69]
In contrast to Sukarno's anti-imperialistic antipathy to western powers and tensions with Malaysia,Indonesia's foreign relations since the Suharto "New Order" have been based on economic and political cooperation with Western nations.[70] Indonesia maintains close relationships with its neighbors in Asia, and is a founding member of ASEAN and the East Asia Summit.[65] The nation restored relations with the People's Republic of China in 1990 following a freeze in place since anti-communist purges early in the Suharto era.[68] Indonesia has been a member of the United Nations since 1950,[71] and was a founder of the Non-Aligned Movement (NAM) and the Organisation of the Islamic Conference (OIC, now the Organisation of Islamic Cooperation).[65] Indonesia is signatory to the ASEAN Free Trade Area agreement, the Cairns Group, and the WTO, and has historically been a member of OPEC, although it withdrew in 2008 as it was no longer a net exporter of oil. Indonesia has received humanitarian and development aid since 1966, in particular from the United States, western Europe, Australia, and Japan.[65]

Peta Indonesia


Administratively, Indonesia consists of 33 provinces, five of which have special status. Each province has its own legislature and governor. The provinces are subdivided into regencies (kabupaten) and cities (kota), which are further subdivided into districts (kecamatan), and again into village groupings (either desa or kelurahan). Furthermore, a village is divided into several citizen groups (Rukun-Warga (RW)) which are further divided into neighbourhood groups (Rukun-Tetangga (RT)). Following the implementation of regional autonomy measures in 2001, the regencies and cities have become the key administrative units, responsible for providing most government services. The village administration level is the most influential on a citizen's daily life and handles matters of a village or neighborhood through an elected lurah or kepala desa (village chief).